Sabtu, 14 November 2009

" Momentum Peringatan Hari Pahlawan "

PUPUS RAGA...PEGAT NYAWA

Napak tilas para pahlawan bangsa
Berkibar dalam syair sang saka
Berkobar dalam puisi Indonesia
Untuk meraih cita-cita merdeka

Napak tilas anak bangsa
Bersatu dalam semangat jiwa
Bergema di jagad nusantara
Untuk meraih prestasi dan karya

MERDEKA...!
Kata yang penuh dengan makna
Bertahta dalam raga pejuang bangsa
Bermandikan darah dan air mata

MERDEKA...!
Perjuangan tanpa pamrih untuk republik tercinta
menggelora di garis khatulistiwa
Memberi kejayaan bangsa sepanjang masa

MERDEKA...!
Harta yang tak ternilai harganya
Menjadi pemicu pemimpin bangsa
Untuk tampil di era dunia


Tata Sutabri – STMIK INTI INDONESIA



Tak terasa sudah 63 tahun bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan. Bebas bersuara. mengeluarkan pendapat serta bebas menuntut dan mendapatkan hak-haknya. Tetapi wacana tersebut masih sebatas ungkapan kosong belaka.
Kenyataannya kemerdekaan yang telah diraih dengan mengorbankan beribu-ribu nyawa seakan tak berarti ketika sampai sekarang bangsa Indonesia masih dalam taraf membingungkan.
Sangat naif memang kalau generasi bangsa yang dibanggakan malah berusaha membanggakan diri dengan jabatan bukan dengan kemaslahatan, Mereka seakan melupakan peristiwa 10 Nopember 1945 ketika para pemuda Surabaya berperang melawan Inggris negara kuat pada perang dunia ke-2 yang bukan hanya mengorbankan harta tetapi juga jiwa dan raga serta seluruh kemampuan yang terusung dalam satu tekad, Merdeka atau mati!. Sekarang ini bangsa Indonesia tinggal menikmati hasilnya, tidak ada lagi penjajahan akan tetapi masyarakat tetap tidak akan bisa tenang.

" Hikmah esensial yang dapat dipetik dari peringatan Hari Pahlawan adalah untuk menumbuhkan semangat patriotisme bagi generasi bangsa bahwa kita merdeka dari penjajahan karena jasa para pahlawan "

Selasa, 03 November 2009

SUMPAH PEMUDA

SOEMPAH PEMOEDA

Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA

Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA

Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Djakarta, 28 Oktober 1928



Dalam POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDI INDONESIA, tercatat bahwa Poetra dan Poetri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia. Poetra dan Poetri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Poetra dan Poetri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sebagai realisasi penyatuan ini, pada tanggal 31 Desember 1930 jam 12 malam, Jong Java, Perhimpunan Pemoeda Indonesia, Jong Celebes, Pemoeda Soematra (awalnya bernama Jong Sumatranen Bond) telah berfusi menjadi satu dan membentuk Perkoempoelan “INDONESIA MOEDA”.

Sejarah kemudian membuktikan bahwa modal kejuangan diatas amat penting artinya pasca penjajahan Jepang (1942-1945), dimana api Revolusi Kemerdekaan mulai dinyalakan dengan kesadaran adanya kesatuan dan persatuan kebangsaan yang bermotifkan pantang untuk dijajah kembali oleh kekuatan asing apapun bentuknya. Proklamasi Kemerdekaan mengawali "Revolusi Pemoeda"




" TUMBUHKAN JIWA YANG PENUH SEMANGAT, SEBAGAI SEORANG PEMUDA-PEMUDI INDONESIA "

Senin, 26 Oktober 2009

Penghargaan Buat Kuansing

BANGGA BANGET tu...
DAPAT PENGHARGAAN !!!!

Kuantan Singingi merupakan kabupaten yang memiliki banyak hutan, yang masih di jaga dan dimanfaatkan oleh masyarakatnya dengan baik. Pada saat ini juga Kuantan Singingi mendapat penghargaan dari menteri kehutanan yaitu " MS. KABAN "

Untuk itu, masyarakat Kuansing harus mempertahankan apa yang telah dimiliki dan menjaganya dengan baik. Sudah sewajarnya kuansing mendapatkan semua itu, kita dapat melihat keadaan lingkungannya.

Sabtu, 17 Oktober 2009

Ulang Tahun "kuansing" Ke-10


Nama : Sesti Julianti
Tugas Art Of Culture
GMP : Ronaldo Rozalino S.Sn



Tidak terasa sudah 10 tahun Kabupaten kuantan singingi berdiri, pasca pemekaran dari dari Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) pada tahun 1999 yang lalu melalui Undang-Undang Nomor 53/1999. Kemaren senin, tanggal 12 Oktober 2009 dikibarkannya bendera merah putih, dan alunan lagu Indonesia Raya, disambut dengan gembiranya suasana saat apel pagi di berbagai instansi dan sekolah-sekolah di kuantan singingi.

Berbagai acara yang di galang oleh Pemda setempat untuk memeriahkan peringatan ulang tahun kabupatennya yang ke 10 ini. Banyak hal yang telah diupayakan untuk kemajuan ‘nagori’ selama 10 tahun silam. Banyak sudah pembangunan yang digerakkan demi tercapainya optimalisasi pelayanan terhadap masyarakat. Mungkin di hari Jadi Kabupaten Kuantan Singingi yang ke 10 ini, saatnya untuk meng-introspeksi apa-apa yang telah dilakukan dan di perbuat selama ini.

Moto “Memacu jalur” semoga dapat terwujud dalam tatanan kehidupan sehari-hari, baik di masyarakat maupun di kalangan Pemerintah Daerah sendiri.

Kehidupan Masyarakat kuantan singingi yang sangat kental dengan adat istiadat, tata cara pergaulan, dan norma-norma agama, telah menjadi identitas nagori, jangan sampai hilang digiling putaran waktu. Tata cara pergaulan muda-mudi yang semakin hari semakin menggila, budaya-budaya impor yang merusak akhlak dan moral ‘anak nagori’, semoga dapat kita bendung dengan Iman dan Ketakwaan kita beragama. Norma adat, dan agama adalah sebuah pegangan yang dilambangkan dengan ‘tali tigo sapilin’ pada lambang Kuantan Singingi.










Senin, 05 Oktober 2009

Rintihan Saudara Kita


Padang, 5/10/2009 (Kominfo-Newsroom) - Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter di Padang, Sumatera Barat, kembali bertambah lagi sehingga jumlah keseluruhan sementara tercatat sebanyak 608 orang.
  Berdasarkan data Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Bencana (Satkorlak PB) dan Pengungsian Sumbar, yang diterima Kominfo-Newsroom di Padang, Senin (5/10) pukul 10.00 Wib, korban meninggal terbanyak masih berada di Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 285 jiwa. 
  Korban meningga di Kota Padang sendiri tercatat sebanyak 242 jiwa, Kota Pariaman 32 jiwa, Kabupaten Agam 32 jiwa, dan Kabutapen Pesisir Selatan sebanyak 10 jiwa, 3 warga Pasaman Barat Serta 20 jiwa warga Kabupaten Solok. 
  Untuk orang yang dilaporkan hilang, Satkorlak mencatat keseluruhannya masih 343 warga dengan jumlah terbanyak berada di Kabupaten Padang Pariaman sebanyak 285 orang. Laporan orang hilang juga ada di Kabupaten Agam sebanyak 54 orang dan di Kota Padang 4 orang. Sebanyak 596 warga tercatat mengalami luka berat dan 897 warga mengalami luka ringan.
  Gempa juga mengakibatkan 81.863 rumah rusak berat, 349 rumah rusak sedang, dan 69.189 rumah rusak ringan. Gempa terjadi pada Rabu, 30 September 2009, pukul 17:16:10 WIB. BMKG mencatat, pusat gempa terjadi di 0.84 LS dan 99.65 BT dengan kedalaman 71 km.